Sabtu, 14 Januari 2012

Sistem Penghawaan Ruangan

Pengudaraan atau penghawaan menjadi salah satu pengaruh besar dalam terciptanya  kenyamanan suatu ruangan perkuliahan. Dalam hal ini tidak hanya sinar matahari yang menjadi penentu suatu ruagan melainkan juga arah angin yang membuat ruangan menjadi sejuk. Angin dapat digunakan untuk mengatur udara di dalam ruangan, karena angin (udara yang bergerak) menghasilkan penyegaran terbaik dengan cara penguapan yang menurunkan suhu pada kulit manusia.(Heinz Frick& FX.Bambang Sukiyatno, 1998: 58)
Tubuh manusia hangat oleh pembakaran makanan. Hanya 20% dari energy yang kita peroleh dari makanan dijadikan gerak. 80% energy makanan dijadikan panas untuk mempertahankan agar kita tetap hidup. Tebuh memerlukan mekanisme pembuangan agar tidak kelebihan panas. Ketika manusia bergerak lebih aktif, dia memancarkan lebih banyak panas dalam keadaan. Dalam keadaan  berbariang tenang, dikatakan mempunyai nilai met= 0,8. Sebaliknya , ketika berolahraga lari 15 km/jam, nilai met menjadi 9,5.
Aktivitas dan Metabolisme
No
Aktivitas
Met
Watt/m2
1
Duduk tenang
1,0
58
2
Berdiri Santai
1,2
70
3
Aktivitas biasa (kantor,rumah tangga, sekolah)
1,2
70
4
Dosen mengajar di depan kelas
1,6
95
Tabel 1.2 Sumber : www.innova.dk dalam Fisika Bangunan 1 oleh Prasasto Satwiko

Untuk menghitung aliran udara dalam mempertahankan suhu ruangan dengan cara mengetahui suhu ruangan, udara luar, sumber panas, volume ruang, luas jendela dan bukaan. Dengan rumus :

N = H/0,33V(ti-t0)

N : Aliran Udara
H : jumlah sumber panas x aktivitas manusia
ti : Suhu ruangan
t0 : Suhu luar Ruangan
V : Volume ruangan
A : Luas Jendela dan bukaan (Ventilasi)

Q = VN/3600 m3/dtk

Q : Kecepatan Angin
Kecepatan Angin yang melewati jendela V=Q/A. agar terjadi penyejukan secara fisiologis diperlukan kecepatan antara 0,5 ~ 1 m/dtk. (Prasasto Satwiko, 2004 : 57 )

Sistem Pencahayaan Ruangan

Pada jaman modern ini semakin banyak gedung-gedung besar yang berfungsi sebagai kantor pusat, supermarket, markas komando, ruang-ruang kuliah besar dan sebagainya. Sudah tidak mempergunakan lagi cahaya matahari sebagai sumber penerangan, karena dianggap kurang dipercaya pasang surut cerah terangnya. Namun, cahaya matahari merupakan sumber penerangan yang berkedudukan mutlak, sangat penting dan harus kita manfaatkan. (Dipl.Ing.Y.B.Mangunwijaya, 1980 : 239)
            Oleh sebab itu ada kebutuhan untuk menghitung secara rasional, berapa cahaya matahari yang  sebaikknya dimasukkan kedalam ruangan yang berpangkal pada pengertian faktor cahaya siang hari maupun faktor terang langit.
Faktor Cahaya Siang hari menunjuk pada prosentase dari jumlah terang siang hari yang jatuh pada suatu titik pada bidang di dalam suatu ruangan. Perbandingan antara kekuatan terang pada titik tersebut (di dalam ruangan) dengan kekutan terang yang pada saat itu menerangi lapangan terbuka. (Dipl.Ing.Y.B.Mangunwijaya, 1980 : 240)
            Terang Langit sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat mengenai penerangan alami siang hari. (Dipl.Ing.Y.B.Mangunwijaya, 1980 : 243)
            Kejelasan suatu obyek tergantung oleh : iluminan (banyak arus cahaya yang datang pada satu unit bidang yang diterangi), ukuran obyek, dan kontras antara obyek dengan sekitarnya. Kontras antara obyek dengan latar belakang perlu tinggi agar obyek mudah dikenal. Setipa 1 % penurunan kontras harus diimbangi 15% tambahan kekuatan penerangan.(Prasasto Satwiko, 2004 :  93)
            Bukaan (jendela) sebaiknya menghadap ke utara atau ke selatan untuk memperkecil kemungkinan sinar langsung matahari masuk kedalam ruangan. Ingat pula bahwa menghindari sinar langsung matahari bukan berarti kita tidak boleh menatap ke langit. Tatapan ke langit biru dan awan-awannya pada saat-saat tertentu amat diperlukan untuk melepas pandangan dan mendekatkan pada alam. Membuat jendela selebar-lebarnya akan lebih menguntungkan daripada jendela sempit. Bila terlalu banyak cahaya, dapat digunakan tirai untuk menutup sebagian jendela agar didapat penerangan sesuai dengan yang dikehendaki. Jendela timur dan barat perlu dilindungi tirai (di sisi luar) agar panas dan sinar matahari pagi dan sore hari yang tajam tidak mengganggu. (prasasto Satwiko, 2004 : 98-99)
            Oleh karena  itu  lebar jendela agar cahaya yang masuk ke dalam ruangan cukup dapat dihitung dengan rumus :
L1= L(1 +  t/D)
L1= Lebar lubang
L = Lebar lubang Effektip
t  = Tebal tembok
D = jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya effektip
H1 = H (1+t/D)
H1=  Tinggi lubaang
H = Tinggi lubang effektip
Ukuran standar dari pencahayaan lubang jendela :
H/D
L/D
Lubang Cahaya atau jendela
1,9
0,1
lebar 0,4 m
tinggi 3,8 m
Luas 1,52 m
0,8
0,2
Lebar 0,8 m
tinggi 1,64 m
Luas 1,31 m
0,6
0,3
lebar 1,20 m
tinggi 1,24 m
Luas 1,49 m
0,52
0,4
lebar 1,60 m
tinggi 1,04 m
Luas 1,66 m
0,47
0,5
lebar 2,00 m
tinggi 0,94 m
Luas 1,98 m
Tabel 1.1 (Dipl.Ing.Y.B.Mangunwijaya, 1980 : 259)

Seni Arsitektur

Batu, kayu dan semen dengan bahan tersebut akan dibuat rumah dan istana, semuanya adalah persoalan konstruksi. Penemuan  yang berdaya cipta terwujud. Tiba-tiba hasilnya dapat menyentuh hati saya, saya merasa senang dan puas, saya berbahagia dan ya berkata : 'inilah yang indah, inilah seni bangunan, inilah kesenian;

-le Corbusier, 1922-

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India